Asesmen GSM 2025, Dinas Pertanian Maluku Perkuat Misi Gubernur Cetak Petani Muda

Ambon, MalukuPost.com – Pemerintah Provinsi Maluku melalui Dinas Pertanian kembali menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung agenda prioritas Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, untuk memperkuat ketahanan pangan sejak usia sekolah.

Komitmen itu terlihat melalui asesmen intensif Gerakan Sekolah Menanam (GSM) yang berlangsung selama dua hari, Jumat–Sabtu (14-15/11/2025), pada 12 SMA/SMK di Kota Ambon dan Kabupaten Maluku Tengah wilayah Pulau Ambon.

Program GSM dicanangkan langsung oleh Gubernur pada 2 Mei 2025, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Dalam pencanangan tersebut, Pemprov Maluku melalui Dinas Pertanian membagikan bibit cabai yang kemudian ditanam di halaman sekolah sebagai bagian dari gerakan pembelajaran pertanian modern di lingkungan pendidikan.

Ketua Tim Penilai GSM yang juga Asisten Perekonomian Setda Maluku, Kasrul Selang, menjelaskan bahwa tim menilai seluruh rangkaian proses, mulai dari pembibitan hingga panen, termasuk keterlibatan para pihak dan aspek ekonomi dari produk yang dihasilkan siswa.

“Hal-hal yang dinilai oleh kami adalah proses pembibitan sampai pemanenan, keterlibatan stakeholder, faktor ekonomis, serta faktor-faktor penunjang lainnya,” ujar Kasrul usai meninjau GSM di SMA Negeri 4 Lateri Ambon (15/11/2025).

Tim penilai terdiri dari unsur Pemprov Maluku, TP-PKK, Bank Indonesia Perwakilan Maluku, serta Dinas Pendidikan Provinsi Maluku, sebuah kolaborasi besar lintas sektor yang menggambarkan dukungan penuh pemerintah terhadap visi Gubernur untuk mencetak generasi muda yang memahami dasar pertanian.

Antusiasme Siswa Tinggi, Pengetahuan Bertambah

Selama asesmen, tim menemukan bahwa para siswa menunjukkan antusiasme luar biasa. Banyak dari mereka baru memahami teknik penanaman cabai yang benar, mulai dari pengolahan media tanam, penyiraman, pemantauan hama (OPT), hingga pengukuran pH tanah.

“Kerja sama tim menjadi salah satu penentu keberhasilan GSM. Ada tim bibit, tim penyiraman, tim OPT, sampai tim pemasaran. Ini luar biasa,” jelas Kasrul.

Beberapa sekolah bahkan melakukan inovasi, seperti memanfaatkan galon bekas untuk hidroponik dan aquaponik, menggabungkan budidaya ikan di bawah dan tanaman cabai di atas.

“Inovasi ini muncul karena pendampingan guru dan penyuluh pertanian berjalan baik. Siswa belajar langsung melalui praktik,” tambahnya.

Kasrul menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Maluku hanya memberi stimulus. Hal yang paling penting adalah keberlanjutan, dan seluruh sekolah bersepakat untuk terus melaksanakan GSM tanpa bergantung pada momen lomba atau proyek.

“Ini bukan program setahun selesai. Ilmu yang diperoleh siswa kelas 11 dan 12 akan diwariskan kepada siswa baru. Inilah inti dari kerja bersama: sorong bahu, pasti jadi,” ujar Kasrul.

Dengan tingginya minat sekolah, tahun depan Pemerintah Provinsi Maluku berencana memperluas GSM tidak hanya dari sisi jumlah sekolah, tetapi juga jenis tanaman, cabai, terong, bawang, tomat, pari, hingga komoditas yang relevan dengan urban farming.

Urban Farming Jadi Tantangan Baru, GSM Jadi Jawaban

Pertumbuhan kota dan terbatasnya lahan membuat GSM menjadi model urban farming yang tepat bagi sekolah-sekolah di daerah perkotaan. Program ini dinilai mampu memperkenalkan teknologi pertanian skala kecil yang bisa dipraktikkan di lahan terbatas.

Kasrul juga menegaskan bahwa semua sekolah adalah juara, apa pun peringkatnya. “Jangan berkecil hati kalau dapat rangking 10 atau 12. Semua sekolah akan mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Maluku,” ungkapnya.

Hasil akhir asesmen GSM akan diumumkan pada peringatan Hari Guru Nasional Desember mendatang, sebagai bentuk penghargaan kepada sekolah dan tenaga pendidik yang telah menggerakkan generasi muda untuk mencintai pertanian.

Pos terkait