Tiga Nama Menguat di Sidang Sinode ke-39 GPM Menyongsong Satu Abad Gereja dari Rahim Maluku

tiga nama yang mencuat dari kiri ke kanan : Pdt. Dr. Rudy Rahabeat, Dr. Hengky Herson Hetharia, Pdt. Sacharias Izaak Sapulette.

Ambon, MalukuPost.com – Sidang Sinode ke-39 Gereja Protestan Maluku (GPM) tahun 2025 bukan sekadar forum tahunan untuk meninjau arah pelayanan, tetapi momentum bersejarah yang menandai perjalanan menuju satu abad kiprah gereja tertua di Maluku ini.

Dengan tema besar “Anugerah Allah Melengkapi dan Meneguhkan Gereja Menuju Satu Abad GPM”, sidang ini menjadi ruang refleksi bagi seluruh umat untuk memperkokoh panggilan gereja yang melayani dan bertransformasi di tengah arus perubahan zaman.

Sidang dibuka secara resmi oleh Dr. Jeane Marie Tulung, Direktur Jenderal Bimas Kristen Kementerian Agama RI, mewakili Menteri Agama. Pembukaan turut disaksikan oleh Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, serta para tokoh gereja dan masyarakat, yang menandai awal dari dinamika pelayanan rohani dan organisatoris yang penuh makna.

Selain menetapkan arah pelayanan untuk lima tahun mendatang, Sidang Sinode ke-39 juga menjadi ajang penting dalam menentukan kepemimpinan baru GPM, melalui pemilihan Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode GPM.

Posisi ini menjadi kunci dalam menakhodai gereja menuju perayaan 100 tahun GPM, sebuah tonggak sejarah yang tidak hanya bermakna bagi jemaat, tetapi juga bagi identitas religius dan sosial Maluku.

Tiga Figur Mencuat di Wacana Kepemimpinan

Di tengah diskusi dan dinamika internal, tiga nama mencuat kuat sebagai kandidat Ketua Sinode GPM:

  • Dr. Hengky Herson Hetharia,
  • Pdt. Sacharias Izaak Sapulette, dan
  • Pdt. Dr. Rudy Rahabeat.

Ketiganya dikenal memiliki jejak pelayanan dan karakter kepemimpinan yang berbeda, namun sama-sama membawa komitmen untuk menguatkan gereja di era baru.

Dr. Hengky Herson Hetharia dikenal dengan gaya kepemimpinan yang tenang dan berorientasi pada penataan struktur pelayanan yang sistematis.
Pdt. Sacharias Izaak Sapulette menonjol sebagai sosok pastoral yang kuat di bidang pembinaan jemaat dan relasi sosial keagamaan.
Sementara Pdt. Dr. Rudy Rahabeat membawa warna akademis dan pemikiran teologis progresif yang sering menjadi inspirasi dalam dinamika pelayanan GPM.

Dengan berbagai latar dan kekuatan masing-masing kandidat, umat GPM menaruh harapan besar agar sidang ini melahirkan keputusan yang membawa gereja tetap menjadi terang dan garam bagi masyarakat Maluku dan Indonesia.

“Sidang Sinode kali ini bukan hanya memilih pemimpin, tetapi juga meneguhkan arah pelayanan menuju satu abad GPM yang tangguh, terbuka, dan relevan dengan pergumulan zaman,” ujar salah satu peserta sinode.

GPM, yang lahir dari rahim sejarah panjang misi dan kebangkitan iman di tanah Maluku, kini berdiri di persimpangan antara tradisi dan transformasi. Di tengah tantangan global, gereja ini diharapkan terus menjadi perekat sosial dan penjaga moral masyarakat.

Sidang Sinode ke-39 menjadi ruang doa dan keputusan — tempat di mana gereja menatap masa depan dengan iman, harapan, dan cinta pelayanan.

Pos terkait