In Memoriam: Franky Sahilatua, Georgie Leiwakabessy, dan Glenn Fredly

glenn1

glenn3Catatan Rudi Fofid-Ambon

Sekitar tahun 2009, tanpa sengaja Glenn Fredly bertemu Franky Sahilatua di Jakarta. Kebetulan, mereka hadir di sebuah acara yang sama.

Franky dan sejumlah musisi berdiri di sebuah sudut. Glenn melintas di situ. Dia kaget melihat Franky. Dengan penuh hormat, Glenn menyalami Franky.

“Saya Glenn, Om. Senang bisa jumpa Om di sini,” kata Glenn.

“Oh, Glenn yang terkenal itu, ya?” Ujar Franky.

Glenn tersipu malu disebut begitu. Dia memang baru pernah sekali ini berjumpa langsung dan terlibat percakapan dengan Franky, musisi yang dia hormati.

“Sedang sibuk apa, Glenn?” Franky rupanya melihat sikap kikuk Glenn.

“Saya rencana mau tengok Maluku. Ikut bangun Maluku dengan mencari talent-talent baru. Kita bawa ke Jakarta, lalu orbitkan di industri musik,” ungkap Glenn.

“O, bagus!” Begitu respon Franky.

Pada hari yang sama, Glenn baru saja tiba di rumah. Lelah sekali hari itu. Dia berbaring sambil menerima telepon dari Georgie Leiwakabessy.

“Selamat malam, Om Joji, apa kabar?” Sapa Glenn riang.

“Ose tadi ada bicara apa dengan Franky?” Georgie langsung saja ke pertanyaan inti.

“O, ya. Tadi Om Franky tanya-tanya kerjaan beta, lalu beta kasih tau rencana beta ikut bangun Maluku dengan orbitkan pendatang baru dari Maluku,” jelas Glenn.

“Itu saja?” Selidik Georgie.

“Ya, hanya itu!” Balas Glenn.

“Franky bilang, dia seng suka ose. Ose punya omongan itu, dia seng suka,” kata Georgie.

Glenn bangkit dari tempat tidur. Dia langsung meluncur ke rumah Franky. Ini pertama kali, Glenn datang ke rumah Franky, malam-malam.

“Beta sampe di rumah, Om Joji telepon. Katanya, Om Franky seng suka beta. Jadi, beta sebagai anak-anak, merasa perlu datang. Kalau beta ada salah bicara, beta ingin Om Franky bikin betul. Beta minta maaf, sebelumnya,” kata Glenn.

“Memang, beta seng suka omonganmu tadi. Bangun Maluku, bangun Maluku. Ale sudah sama dengan politisi dan pengusaha di Jakarta sini yang suka bilang bangun Maluku. Sama persis,” papar Franky.

Franky terus saja bicara dan Glenn hanya terdiam. Ia mendengar seluruh curah pikiran Franky.

“Ale mau bangun Maluku, padahal ale ke Ambon tinggal di hotel, kan? Kalau mau bangun Maluku, ale harus tinggal di ale punya rumah di Ambon, bukan hotel. Ale harus punya KTP Maluku, harus punya tetangga orang Maluku, bergaul dengan orang Maluku, mendengar langsung orang Maluku mau apa, baru ale bangun dari isi hati dan pikiran orang Maluku, bukan pikiran dan isi hati Jakarta,” begitulah panjang lebar Franky beri petuah.

Pulang dari rumah Franky, Glenn melaporkan kepada Georgie Leiwakabessy perihal “kuliah” singkat dari “profesor” Franky Sahilatua.

Glenn kemudian menghubungi Pendeta Reza Syaranamual di Ambon, agar dicarikan sebuah rumah tinggal. Jadilah sebuah rumah di Amahusu menjadi Rumah Beta. Dari Rumah Beta, Glenn kemudian berjumpa dengan komunitas hiphop, sastra, teater, dan berbagai kelompokk dan perorangan di Ambon.

Rumah Beta di Amahusu membuat Glenn punya banyak kesempatan ke Ambon. Dari hasil pulang kampung ke Maluku inilah lahir album hiphop Beta Maluku, Konser Beta Maluku di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, film Cahaya Dari Timur.

Glenn tidak hanya berinteraksi dan kolaborasi dengan musisi senior seperti Rence Alfons dan Molucca Bamboowind Orchestra (MBO), atau para penyanyi sekelas KAK5, tetapi juga bisa berinteraksi dan kerja sama dengan para rapper cilik, Satu Manumata.

Glenn juga membuat sebuah perjalanan pribadi di Ambon, yang tidak dia duga sama sekali. Waktu itu, atas undangan Abidin Wakano di IAIN Ambon, Glenn mengusung Trio Lestari ke kampus hijau. Tadinya Glenn pikir hanya silaturahmi dengan Abidin. Nyatanya, sampai di kampus, ada spanduk ucapan selamat datang. Ada sekitar 200 mahasiswa dan dosen sudah menunggu.

“Saya ingin IAIN Ambon menjadi semacam pusat peradaban musik Islami. Kalau ada di sini, saya sangat mendukung,” kata Glenn, disambut gemuruh tepuk tangan. Gagasan ini rupanya ditanggapi serius IAIN Ambon. Mereka lantas memproses pembukaan pusat studi, atau program studi tersebut.

Sebagai rasa hormat kepada Franky Sahilatua, Glenn Fredly pada berbagai kesempatan selalu menyanyikan lagu karya Franky yakni Pancasila Rumah Kita. Ia selalu menyanyikannya dengan luhur. Beberapa kali, Glenn menitikkan air mata saat menyanyikan Pancasila Rumah Kita.

Franky Sahilatua, Georgie Leiwakabessy, dan Glenn Fredly adalah legenda-legenda sepanjang sejarah musik Indonesia. (Malukupost.com/foto fb gl/ig gf/mediamaya.net)

Ambon, 8 April 2020

Penulis adalah Redaktur Pelaksana Media Online Maluku Post

Pos terkait