Laporan Rudi Fofid-Tual
Malukupost.com – Sebuah rumah di Kelurahan Makassar Timur, Ternate Tengah, Maluku Utara, bertahun-tahun menjadi rumah para wartawan. Maklum, empat penghuninya berprofesi wartawan. Mereka adalah Anang Urief dan tiga puteranya Nanang M. Adrany, Nyong Ade Zarkasy, dan Nardiansyah Noor
Anang dan ketiga putera bekerja pada media berbeda. Akan tetapi pada suatu ketika, Anang dan dua puteranya Nanang dan Nardiansyah bekerja di harian Suara Maluku. Saat yang sama, Nyong Ade bekerja di LKBN Antara.
Anang adalah pria kelahiran Martapura, Kalimantan Selatan, 28 April 1941. Setelah lulus SMEA, ia melanglang buana ke beberaa kota di Nusantara. Jiwa petualang menuntunnya ke Ternate, sebuah kota kecil. Di sini, hatinya tertambat. Ia jatuh hati kepada gadis Ternate bernama Taipa Djakaria. Ia pun menikah saat peralihan orde lama ke orde baru. Buah perkawinannya adalah tiga putera dan satu puteri.
Ketika anak-anaknya lahir, mereka menemukan sang ayah sebagai seorang wartawan. Tradisi baca dan tulis pun tumbuh sejak kecil. Sebab itu, satu demi satu anak-anak mengikuti jejak ayah.
“Kalau ingin jadi wartawan profesional, harus jadikan jurnalistik sebagai hobi,” kata Anang kepada anak-anaknya.
Nanang bercerita, sang ayah selalu memberi semangat dengan kata-kata tersebut. Selain itu, Anang juga berpesan, wartawan harus sanggup melihat kebenaran sesuai fakta dan kenyataan.
Anang terjun di jurnalistik tahun 1970 sebagai pewarta di RRI Ternate. Lima tahun kemudian, dia pindah ke Humas Kantor Bupati Maluku Utara.
Pada masa lalu, sejumlah pegawai negeri sipil juga merangkap wartawan di surat kabar umum. Tidak heran, Anang pun bekerja di sejumlah media seperti Suara Maluku, Wenang Post, Suluh Merdeka Manado, dan Berita Yudha.
Kendati berbadan pendek dibanding sesama wartawan di Ambon maupun Ternate, Anang tergolong lincah bergerak memburu berita. Bahkan sampai pensiun PNS, Anang masih tetap menekuni dunia jurnalistik di harian Suara Maluku.
Usia senja dan faktor kesehatan membuat Anang mengurangi kegiatan jurnalistik, sampai akhirnya beristirahat di rumah. Hari-harinya dilalui dengan ibadah, jalan kaki, atau bermain dengan cucu-cucu.
“Usai salat subuh, ayah pasti jalan pagi,” kata Nanang di Ternate, saat dihubungi Media Berita Maluku Post, Selasa (23/3).
Meskipun kondisi fisik sudah jauh menurun, Anang masih sempat pulang ke kota kelahirannya di Martapura. Tiga bulan dia berada di sana. Rasa rindu pada keluarga di Ternate membuat Anang minta dijemput. Putera bungsu Nardiansyah Noor pergi menjemput.
Saat di Ternate, Anang jatuh sakit. Ia menjalani perawatan di Rumah Sakit Prima, Ternate. Akhirnya, pada 9 Maret lalu, pria bernama lengkap H. Anang Urief Bin Hasyim itu pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia dimakamkan di Pekuburan Islam Ternate berdampingan dengan istri tercinta yang sudah lebih dulu berpulang, 17 tahun lalu.
Anang tutup usia pada umur 79 tahun 11 bulan 9 hari, meninggalkan empat anak, lima cucu dan seorang cicit. Puteri satu-satunya Nunung S. Alamiyah kini menjabat Wakasek di Madrasah Aliyah Alkhairaat Kalumpang Ternate.
Meski Anang sudah tiada, pesan menjadikan jurnalistik sebagai hobi, tetap dipegang dua puteranya. Nanang masih di RRI Ternate, sedangkan Nardiansyah Noor sebagai Direktur Eksekutif Radio Master FM Ternate. Meskipun juga sebagai dosen, Nardiansyah bahkan tetap tekun sebagai penyiar radio yang dia pimpin. (Malukupost.com/foto dokpri nanang adrany)