Ambon, MalukuPost.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku dan Jawa Timur (Jatim) melakukan Memorandum of Understunding (MoU) kerjasam pembangunan daerah.
Misi dagang perdagangan antara kedua provinsi tersebut dilakukan langsung oleh Gubernur Maluku, Murad Ismail dan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa di Ambon, Kamis (02/12/21).
Gubernur Maluku, Murad Ismail mengatakan, misi dagang disertai penandatanganan kerjasama adalah cermin dari pentingnya saling menolong, mendukung dan mebutuhkan antara kedua Pemerintah Daerah (Pemda). Jawa timur sebagai sebuah provinsi dengan kemajuan perdagangan dan tingkat perekonomian tinggi, serta memiliki pengusaha besar, diharapkan dapat berinvestasi ke Maluku.
“Sebagai provinsi berkarakteristik kepulauan, Maluku memiliki luaa wilayah lebih besar dari seluruh provinsi di indnesia mencapai 92,4 persen terdiri dari lautan, sedangkan daratan 7,6 persen, dengan sebaran 1340 pulau, 632 diantaranya berpenduduk 1,8 juta jiwa, sisanya belum berpenghuni,” ujarnya.
Dijelaskan Murad, sebagai daerah kepualauan, Maluku kaya akan sumber daya alam laut, diantaranya potensi perikanan melaimpah, banyaknya destinsi parawisata bahari, sumber energi yang berasal dari laut serta minyak dan gas bumi. Selain itu, dengan luas daratan kecil, Maluku dianugerahi potensi sumber daya alam yang istimewa, yaitu tanaman rempah-rempah cengkeh dan pala serta tanaman perkebunan lainnya.
“Maluku memiliki sumber daya alam berlimpah, tetapi belum dikelola secara optimal. Kami berharap kehadiran pemerintah provinsi Jatim akan berdampak postif bagi pembangunan kedua daerah ini,”ucapnya.
Murad katakan, kedepan dirinya menginginkan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKN) Maluku dapat mengisi pasar besar Jatim, sebaliknya produk Jatim dpat mengisi kekurangan di Maluku
“Karena itu apa yang dilakukan hari ini buktinya yang kita bangun adalah jembtan antara Jatim dan Maluku bukan membangun tembok. Sehingga apa yang menjadi kelebihan Jatim, kiranya dapat ditularkan bagi Maluku,”harapnya.
Sementara Itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengatakan sebelum membangun kerjasama misi datang itu, tim dagang dari Jatim telah berkunjung di Maluku, sebaliknya juga dari Maluku ke Jatim. Ini membuktikan, diantara kedua provinsi sudah menyiapkan jembatan, dan jembatan ini tidak boleh menghitung surplus.
“Hingga 10 november 2021, proses transaksi perdagangan dari Jatim ke Maluku mencapai Rp251 miliar, sedangkan dari Maluku ke Jatim hanya Rp2,4 miliar. Sebetulnya kalau dihitung seperti itu, untuk apa Jatim menjalin misi dagang dengan Maluku, toh Jatim mengalami defisit. Tetapi tidak begitu, banyak sekali pedagang jatim ada roll meter tertentu ada di Maluku apakah potensi perikanan, maupun rempah-rempah seperti pala, kopra dan lain sebagainya,” bebernya.
Kofifah menambahkan, dari 32 rute tol laut di Indonesia, 27 diantaranya berbasis di Surabaya. Oleh karena itu, para eksportir dari Maluku dan beberapa provinsi lain di Indonesia Timur berasal dari jawa timur.
“Dari hal tersebut, maka kami harus membangun jembatan untuk memberikan kepastian, kemudahan dan konektivitas yang lebih bagus antara Jatim dan Maluku,”pungkasnya.