Warga Desa Tone Tanah Kirim Surat Terbuka Ke Presiden Jokowi

20240116 150822 jpg

Masohi, MalukuPost.com – Warga Resetlemen Desa Tone Tanah,Kecamatan Teon Nila Serua (Waipia),Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pasalnya, sudah 37 tahun perjuangan untuk menaikan status desa itu menjadi administratif. Akibatnya, warga pun terpaksa mengirimkan Surat Terbuka, agar persoalan kesenjangan pembangunan yang dialami warga dapat diselesaikan dan memberi solusi yang tepat sasaran bagi warga desa itu.

Desa dengan jumlah  penduduk kurang lebih 3000 jiwa itu  seperti imigran gelap di negeri sendiri.

Keanggotaan masyarakat Tone Tanah berdasarkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil justru tersebar tidak berujung tetapi juga tidak beralasan.

Warga menilai pemerintah secara sepihak dan tidak bijaksana pemerintah mengacak-acak status kependudukan warga dengan cara memasukan data kependudukan warga  pada beberapa negeri di sekitar kami. Itu artinya, negerei-negeri di mana kami diakomodir sebagai keanggotan masyarakat pada negeri-negeri dimaksud justru di untungkan melaluli Alokasi Dana Desa dan Dana Desa serta berbagai kebijakan publik lainnya.

Padahal masyarakat desa itu bukan bagian dari warga masyarakat negeri-negeri tersebut baik secara administratif kependudukan maupun rasio letaknya secara geografis.

Begini isi surat warga Tone Tanah:

Senin, 15 Januari  2024

Kepada YTH.

PRESIDEN  REPUBLIK  INDONESIA – Bapak Ir. Joko Widodo
Di –
Tempat

Salam Damai Indonesia!

Bapak Presiden yang kami terhormati!

Sejak kepemimpinan bapak Tahun 2014 – 2024 hari ini, kami harus jujur sebagai warga bangsa  bahwa ada perubahan besar yang di alami oleh seluruh warga bangsa dari Sabang sampai Mauroke. Segala terobasan bapak Presiden pada berbagai bidang pelayanan kemasyarakatan di Republik ini, sungguh-sungguh memberi harapan baru bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia, tidak terkecuali kami masyarakat desa. Apa yang disebut Alokasi Dana Desa dan Dana Desa pada penyelenggaran pemerintah di desa/negeri telah menjadi spirit tersendiri bagi semua masyarakat desa/negeri untuk terus berkembang menjadi lebih baik. Pada titik ini, kami mengapresiasi kepemimpinan bapak Presiden yang menurut kami luar biasa.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Sesungguhnya narasi di atas berbanding terbalik dengan apa yang kami alami sebagai masyarakat Indonesia di wilayah Tone Tanah, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Sebelum lebih lanjut kami sampaikan maksud dan tujuan  surat terbuka ini, perkenankanlah kami menjelaskan secara singkat kepada bapak Presiden tentang siapakah kami dan bagaimana kami ada sebagai suatu kelompok masyarakat saat ini. “Masyarakat Tone Tanah adalah kelompok masyarakat yang awal terbentuknya di sebut Resetlemen Desa Tone Tanah. Kelompok masyarakat Tone Tanah merupakan hasil suksesi program pemerintah melalui program transmigrasi lokal yang terdiri dari beberapa negeri di wilayah pemerintahan Kabupaten Maluku Tengan Provinsi Maluku. Negeri-negeri itu antara lain: Negeri Allang di pulau Ambon; Negeri Haria dan Negeri Sirisori Islam di pulau Saparua; Negeri Akoon, Negeri Leinutu di pulau Nusalaut”. Perlu pula bapak ketahui bahwa kami tidak pernah bermimpi apalagi menuntut dan merengek-rengek minta dikeluarkan dari negeri-negeri leluhur kami melalui program transmigrasi lokal oleh pemerintah.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Kami meninggalkan negeri-negeri leluhur kami dengan harapan besar berbangsa bernegara sebagaimana alasan utama program pemerintah melalui transmigrasi. Bahwa selain ketersebaran penduduk, kesempatan untuk pengembangan ekonomi keluarga menjadi lebih terbuka. Hari ini 15 Januari 2024, mengingatkan kami bahwa telah 37 Tahun lamanya kami tumbuh dan berakar di bumi Pamahanu Nusa – Pulau Seram. Suatu usia yang bukan kemarin sore melainkan usia yang secara rasional phisikologis telah dewasa dalam perjalanan hidup tetapi kenyataannya sungguh memprihatinkan. Usia 37 Tahun hanyalah potret buram tidak berarti di mata para pemimpin wilayah ini, baik eksekutif maupun legislatif. Gubernur Maluku, Bupati Maluku Tengah, Ibu-Bapa anggota DPR dari pusat sampai daerah. Janji ibu-Bapa-saudara-saudari di setiap agenda politik bagi masyarakat Tone Tanah hanyalah omong kosong.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Sejujurnya kami sangat lelah dengan perjuangan kami untuk merdeka sebagai warga masyarakat berdaulat yang diakui dalam pemerintahan di Republik Indosesia tercinta ini. Kami seperti imigran gelap di negeri sendiri. Keberadaan kami tidak diakui. Sebagai suatu kelompok masyarakat dengan wilayah domisili yang terpusat, hanyalah fakta yang tidak berarti sebab keanggotaan kemasyarakatan kami berdasarkan dinas kependudukan dan catatan sipil justru tersebar tidak berujung tetapi juga tidak beralasan. Secara sepihak dan tidak bijaksana pemerintah mengacak-acak status kependudukan kami dengan cara memasukan data kependudukan kami pada beberapa negeri di sekitar kami. Itu artinya, negerei-negeri di mana kami diakomodir sebagai keanggotan masyarakat pada negeri-negeri dimaksud justru di untungkan melaluli Alokasi Dana Desa dan Dana Desa serta berbagai kebijakan publik lainnya. Padahal kami bukan bagian dari warga masyarakat negeri-negeri tersebut baik secara administratif kependudukan maupun rasio letaknya secara geografis. Lantas mengapa pemerintah bisa bertindak konyol seperti ini.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Sesungguhnya apa dosa-dosa kami sehingga orang lain mendapat kesempatan sebagai negeri administratif sedangkan kami tidak, (contoh konkrit Negeri Administratif Nakupia. ±2 km dari kami di wilayah Tone Tanah) padahal meraka (negeri Nakupia) juga transmigrasi lokal seperti kami masyarakat Tone Tanah.

Dimanakah kemudahan pelayanan publik yang bapak janjikan dan yang telah bapak praktekan bagi warga bangsa Indonesia? Apakah kami masyarakat Tone Tanah bukan warga bangsa Indonesia? Pada poin ini, kami diperhadapakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia  No.1 tentang ‘Dasar Pembentukan Desa’. Terhadap Permedgri ini, kami telah melakukan audensi dengan pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah serta pihak terkait. Dan perlu bapak Presiden ketahui bahwa pada masa Pj. Bupati Maluku Tengah Dr. Muhammad Marasabessy Sp, ST, M.Tech (9 September 2022 – 12 Sepember 2023) beliau dengan tanggap cepat dan respons positifnya, telah berupaya dengan melibatkan seluruh pihak terkait guna penyelesaian masalah ini tetapi semua harapan kami redup ketika beliau di ganti. Di titik ini kami berkesimpulan bahwa niat hati yang baik  dari seorang pemimpin akan melahirkan pula kerja-kerja kemanusiaan yang baik dalam berbangsa bernegara.

Jika kami menjadi beban bagi bangsa ini! Maka musnahkanlah kami. Jika ini melanggar Hak Asasi Manusia maka, ungsikanlah kami ke negeri antah berantah lain yang besedia menampung kami. Jika ini kebijakan yang memalukan sebagai bangsa yang besar maka, kembalikanlah kami pada negeri-negeri leluhur kami. Jika yang terakhir ini pilihan terbaik! Bagaimana dengan seluruh pengorbanan kami yang telah sampai pada generasi keempat sejak kami ada saat ini.

Mungkin kami keliru dengan demokrasi bangsa ini tetapi yang kami pahami ialah bahwa tidak ada yang salah dengan apa yang disebut hakekat demokrasi secara universal. Kami telah menjadi korban pasung para politisi (eksekutif – legislatif) dalam setiap momentum demokrasi bangsa. Dan bukan tidak mungkin kami akan mengalami nasib yang sama dalam agenda demokrasi bangsa yang sementara dan akan di gelar tahun 2024 ini. Terhadap kenyataan ini, jika kami harus terpasung lagi untuk kesekian kalinya maka, kami berharap jangan bapak Presiden menyalahkan dan atau menghukum kami apabila dengan terpaksa kami tidak menggunakan hak suara kami dalam pesta demokrasi bangsa nanti.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Pastinya kami tidak dapat menikmati kado pambangunan pada masa kepemimpinan bapak lagi sebab  periodesasi kepemimpinan bapak hampir selesai, sementara harapan kami tentang Negeri Administratif belum ada titik terangnya. Oleh karena itu, jika kami tidak dapat menikmati apa yang kami sebut kado pembangunan pada masa kepemimpinan bapak, setidaknya bapak dapat menjadikan kami berstatus jelas dan di akuai di Negara Kesatuan Republik Indonesis yang kita cintai. Sehingga,  jika pada  masa kepemimpinan bapak kami tidak dapat bertumbuh layaknya negeri-negeri lain tetapi paling kurang bapak telah memberi kami harapan baru dan kesempatan untuk dapat merealisasikan mimpi kami di waktu kepemimpinan orang lain. Hal ini hanya bisa terjadi dengan jalan bapak  memberi kami kesempatan menjadi Negeri Administratif sebagaimana harapan kami.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Terlepas dari kurang atau lebihnya kepemimpinan bapak sebagai Presiden Republik Indonesia selama 2 periodesasi, dan dengan tidak mendiskreditkan para pemimpin bangsa sebelumnya kami harus berjiwa besar dan jujur mengakatan bahwa kepemimpinan bapak sebagai Presiden Republik Indonesia hari ini, sungguh-sungguh telah berdampak kemajuan besar di berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Kepemimpinan bapak di tengah dinamika berbangsa dan bernegara yang sangat kompleks cukup menjelaskan pada kami masyarakat Tone Tanah bahwa di masa kepemimpinan bapak ada harapan hidup yang lebih baik tentang hari esok. Harapan hidup lebih baik inilah yang mendorong kami menyampaikan surat terbuka ini kepada bapak Presiden dan kami percaya bahwa respons bapak presiden tidak sia-sia.

Bapak Presiden yang kami hormati!

Alamat surat terbuka ini terpaksa kami tujukan kepada bapak Presiden Republik Indonesia sebagai pimpinan tertinggi negara sebab sebelumnya telah kami upayakan secara berjenjang melalui pimpinan daerah, baik kabupaten maupun provinsi (Bupati Maluku Tengah – Gubernur Provinsi Maluku), tetapi semua upaya hanya berujung di tempat sampah. Semoga harapan kami pada bapak Presiden Republik Indonesia yang adalah pemimpin tertingga pada tataran suatu bangsa tidak berakhir juga di tempat sampah.

Demikian surat terbuka ini kami sampaikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati bapak Presiden Republik Indonesia dalam tugas-tugas yang bapak emban.

Hormat Kami

ttd

Masyarakat Tone Tanah

Pos terkait