Pemneg Soya Gelar Sosialisasi Pendeteksian Dini IVA Bagi Kaum Perempuan

sosialisasi IVA

Raja Soya Ajak Kaum Perempuan Lakukan Pencegahan Kanker Seviks

Ambon, MalukuPost.com – Infeksi Visual Asetat (IVA) atau yang lebih dikenal dengan Kanker Leher Rahim atau Kanker Serviks masih menjadi momok menakutkan bagi kaum Perempuan sampai saat ini. Oleh karena itu perlu memahami dengan benar apa yang menjadi penyebab terjadinya penyakit tersebut.

Pemerintah Negeri (Pemneg) Soya bekerja sama dengan Puskesmas Kayu Putih menggelar sosialisasi tentang Pendeteksian Dini IVA bagi Kaum Perempuan di Negeri Soya dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat, dengan menghadirkan dua pemateri dari Puskesmas Kayu Putih, masing-masing Dokter Jessica. T. Metekohy dan Bidan Mathelda. F. Soumahu.

Raja Negeri Soya, Herve. R. J. Rehatta mengajak para kaum perempuan untuk melakukan pencegahan Kanker Serviks dengan mengikuti pemeriksaan kesehatannya. Hal itu dalam upaya pencegahan dini untuk mengantisipasi terhadap keberadaan Kanker Serviks yang mengancam jiwa, khususnya kaum perempuan.

“Kegiatan ini harus dilaksanakan sebagai upaya Pemerintah Negeri Soya untuk memberikan kesadaran akan pentingnya memperhatikan kebersihan diri, sehingga dapat terhindar dari penyakit yang mematikan. Jika secara dini kita mengetahui terhadap suatu penyakit, maka akan semakin mudah upaya untuk mencegah atau mengobatinya,” ujarnya di Ambon, Jumat (16/8/2024) saat membuka sosialisasi tentang Pendeteksian Dini Infeksi Visual Asetat (IVA) bagi Kaum Perempuan di Negeri Soya.

sosialisasi IVA2
Dokter Jessica Metekhoy saat membawakan materi terkait IVA atau Kanker Serviks di pada Kegiatan Sosialisasi Pendeteksian Dini IVA di Negeri Soya, Jumat (16/8/2024) di Balai Desa Soya.

Dokter Metehoky dalam sosialisasi tersebut menyatakan penyebab munculnya kanker serviks pada perempuan lebih dari 95 persen berkaitan dengan inveksi HPV (Human Papiloma Virus). Bahkan penderita yang terinfeksi virus HPV tidak merasakan gejala dan dalam beberapa tahun akan terjadi kelainan pada leher rahim yang disebut lesia Prakanker.

“Lesi prakanker bila tidak ditemukan dan diobati dapat berubah menjadi kanker leher rahim,” tegasnya.

Dijelaskan Metekohy, seorang perempuan beresiko mengalami IVA atau kanker serviks adalah karena aktivitas seksual sebelum usia 20 tahun, berganti-ganti pasangan seksual, terpapar infeksi yang ditularkan secara seksual (IMS), ibu atau kakak yang menderita kanker serviks, papsmear sebelumnya yang abnormal, perokok aktif maupun pasif dan penurunan daya tahan tubuh (HIV/AIDS, Penggunaan kortikosteroid lama).

“Apa gejalanya? Untuk gejala dini sering tidak ada gejala atau tanda khas, bahkan tidak ada gejala sama sekali. Pada stadium lanjut, akan terjadi pendarahan sesudah senggama, keluar keputihan atau cairan encer dari vagina, pendarahan sesudah menopause. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil,” ungkapnya.

Menurut Metekhoy, kanker serviks merupakan kanker paling sering yang ditemukan pada perempuan. Oleh karena itu, disarankan agar dilakukan skrining kanker leher rahim.

“Jangan menunggu sampai ada keluhan. Datang dan periksa di tempat pemeriksaan Pap Smear atau IVA dan jika ditemukan Lesi Prakanker, maka ikutilah saran dari petugas Kesehatan. Apabila diperlukan, pengobatan jangan ditunda, karena pada tahap ini tingkat kesembuhannya hampir seratus persen,” bebernya.

Sementara Bidan Soumahu mengungkapkan, kanker serviks menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia, bahkan kurang lebih 40 ribu kasus baru setiap tahun dan setiap hari ditemukan 109 kasus baru di Indonesia.

“Penyakit nomor 1 penyebab kematian di Indonesia karena kanker. Dan setiap hari ada 20 kasus kematian akibat kanker leher rahim di Indoensia,” katanya.

Berdasarkan pantauan, kegiatan itu mendapat atensi dan apresiasi dari para peserta. Setelah pemaparan materi, banyak peserta yang berdiskusi sehingga mereka lebih memahami penyakit yang menakutkan tersebut serta langkah-langkah apa yang perlu dilakukan serta mereka dapat menyosialisasikannya kepada remaja putri mereka.

Pos terkait