KOREKSI SEJARAH A.J. PATTY, SEKARANG!

Profil A.J. Patty dari koleksi keluarga dan Museum Siwaima (teguh p/jossy l)

Catatan oleh Rudi Fofid

Pahlawan Alexander Jacob Patty tercatat punya tiga tempat lahir,  empat tahun lahir, dan lima tahun wafat.  Beda waktu dan tempat, bisa jadi masalah, sehingga perlu pelurusan sekarang.
 
Ambon, Malukupost.com – Sambil cakalele Alifuru,  kita sudah harus usung Alexander Jacob Patty dengan segala hormat, supaya duduk satu meja dengan Pattimura, Martha Tijahahu, Leimena, Latuharhary, Siwabessy, Soekarno, Hatta, dan pahlawan-pahlawan nasional lain.  A.J. Patty layak ada di sana.  Usia perjuangannya sudah lebih seratus tahun.  Indonesia boleh melupakan beberapa hal, tetapi A.J. Patty tidak boleh hilang dalam sejarah.

Untuk mendapat pengakuan negara, tentu kita perlu langkah proaktif dari Pemerintah Provinsi Maluku, keluarga, ahli waris, sejarahwan, akademisi, jurnalis, dan segenap masyarakat.  Jangan tunda terlalu lama sebab sejumlah kawan berjuang seperti A.M. Sangadji dan  E.U. Pupella, juga perlu segera diusung ke tempat yang sama.

Pertama-tama, kita perlu mengumpulkan fakta sejarah dan kenang-kenangan yang berserakan di Maluku, Surabaya, Semarang, Tegal, Yogyakarta, Bandung, Makassar, Bengkulu, Palembang, Ruteng, Boven-Digul, Australia, hingga tempat lain.  Di mana A. J. Patty pernah tinggal, pasti ada jejak dan kisah.

Untuk itu, tuturan murni oleh keluarga ahli waris, para saksi mata, peneliti, jurnalis, pustakawan, dan semua pihak yang bisa berkontribusi, kiranya dapat disatukan, sehingga buku sejarah perjuangan A. J. Patty,  dapat disusun secepat mungkin, sebelum kita mengalami kehilangan saksi dan bukti.

Pengumpulan bahan dari sumber sekunder maupun primer, perlu dilakukan sekarang, sebelum nantinya fakta-fakta A. J. Patty akan berubah menjadi mitos, dongeng, dan bahan baku-malawang di belakang hari, di belakang sejarah, dan di belakang-belakang.  Kepedihan sejarah Pattimura, jangan terulang kembali dalam sejarah A. J. Patty.

Para  jurnalis di berbagai kota menaruh hormat kepada seorang sosok jurnalis A. J. Patty. Mereka juga membuat tulisan dan liputan tentang pendiri Sarekat Ambon ini.

Kita perlu angkat topi kepada wartawati Feby Syarifah yang berkunjung ke  esana,  Senin 29 Januari 2007.  Besoknya, Feby menulis di Pikiran Rakyat  Bandung, sebuah judul yang menghentak:  Makam Pahlawan Dibiarkan Rata Dengan Tanah.  Tulisan tersebut menjadi pemicu sekaligus pembuka jalan sehingga akhirnya,  sepuluh tahun kemudian, A. J. Patty bisa pulang kembali ke Ambon.

NOLLOTH,  BANDA, AMBON,  HINGGA BANDUNG

Ada tiga lokasi yang terpublikasi sebagai tempat kelahiran A. J. Patty, yakni Nolloth di Saparua, Banda, dan ibukota Amboina.  Tentu verifikasi bisa dilakukan secara administrasi pada pencatatan yang dilakukan di gereja atau kantor pemerintah negeri, maupun pemerintah Belanda. Verifikasi bisa dilakukan juga dengan melihat perjalanan karier orang tua.  Apakah petani yang menetap di kampung, atau pegawai pemerintah/swasta yang berpindah tempat.

Publikasi materi yang disusun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku dan dirilis paling awal pada media dalam jaringan Balagu.com, telah menjadi rujukan banyak tulisan.  Di sinilah tertulis A. J. Patty lahir di Nolloth.

Buku tebal empat seri yang menghimpun beragam peristiwa sejarah di Maluku Tengah sejak 1900 sampai 1442, Bronnen Betreffende  de Midden Molukken 1900-1942,  oleh Ch F. Van Fraassen dan  P. Jobse (1997),  menyebutkan A. J. Patty lahir di Banda.

Jadi Nolloth atau Banda? Konfirmasi bisa langsung ke A. J. Patty, berdasarkan pengakuannya di hadapan hakim Raad van Justitie di Makassar, 18-19 November 1024, sebagaimana proses verbalnya terekam pada catatan panitera persidangan.

HAKIM: Welke zijn Uw voornamen?
PATTY: Alexander, Jacob.
HAKIM: Hoe oud is U?
PATTY: Ik ben 30 jaar oud.
HAKIM: Waar zijt gij geboren?
PATTY: Hoofdplaats Amboina, residentie van dien naam.

Nah, dari percakapan di atas bisa terbaca, bahwa pada tahun 1924, A. J. Patty menjawab bahwa usianya 30 tahun. “Ik ben 30 jaar oud”.  Artinya, jika hitung mundur,  maka kita bisa dapat tahun kelahirannya adalah 1894.  Lokasinya di mana?  Masih dalam pertanyaan di atas, hakim menanyakan di mana tempat lahir, “waar zijt gij geboren?”.

A.J. Patty menjawab pertanyaan itu dengan pendek: “Hoofdplaats Amboina, residentie van dien naam.”  Jawaban sederhana ini bisa merujuk pada Kota Ambon, atau suatu tempat di ibukota Ambon, yang tidak berarti Nolloth atau Banda.

Variasi penulisan nama tempat dan tanggal lahir, sampai tulisan ini dikerjakan antara lain adalah Nolloth 1894, Nolloth12 Desember 1889, Nolloth15 Agustus 1901, Banda 30 September 1890, Banda 1894, dan Ambon 1894.

Untuk lokasi wafat,  tidak ada perbedaan pendapat tentang makam bernomor 21 di TPU Pandu,  Bandung.  Namun kapan A. J. Patty  wafat, perbedaannya cukup ekstrim.  Adapun lima tanggal dan tahun bervariasi yaitu adalah  15 Juli 1947,  1952,  16 Januari 1953, 1955, dan 1957.

Jadi di mana dan kapan A. J. Patty lahir,  kapan ia meninggal di Bandung?  Mari serahkan kepada para sejarahwan di Maluku atau sejarahwan lain.  Pemerintah Provinsi Maluku dapat membentuk tim penulisan sejarah A. J. Patty untuk dapat menelususi berbagai fakta, data, dan informasi, supaya riwayat sejarah sang pahlawan menjadi terang-benderang.

Alexander Jacob Patty, sebagaimana pahlawan-pahlawan asal Maluku, semuanya telah menjadi Pattimura.  Mereka datang dari pulau kecil namun membuat sejarah besar untuk sebuah bangsa yang merdeka. Pelurusan sejarah, koreksi dan perbaikan, perlu dilakukan sekarang tanpa saling buang salah, supaya para pahlawan dapat beristirahat kekal dalam kerahiman ilahi.

Ambon, 11 April 2018

Pos terkait