Ambon, Malukupost.com – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi Maluku, Elvis Pattiselano menyatakan, ekspor kepiting langsung dari Ambon, Maluku melalui perusahan eksportir UD. Putri Desi akhir-akhir ini mengalami penurunan, dikarenakan terkendala transportasi dari dobo, sebagai dari penghasil, yang mencapai 2-4 ton.
“Untuk kepiting kita mau monitor di UD Putri Desi karena akhir-akhir ini menurun. Kita mau mengecek masalahnya kenapa. Karena masalah utama kepiting itu transportasi dari Dobo,”ujarnya di Ambon, Kamis (16/1/2020).
Pattiselano katakan, selain Dobo sebagai daerah penghasil, ada juga dari Maluku Tengah dan Seram Barat yang sekali ekspor hanya 200-300 kilogram.
“Kemarin saya minta Kabid Perdagangan Luar Negeri untuk cek masalahnya apa. Saya takut kesulitan transportasi, mereka bawa ke Timika ekspor dari sana. Dulu kan mereka ekspor dari sana, tapi saya yakinkan mereka bahwa ekspor dari Ambon, mereka ekspor dari Ambon. Cuman ya itu kendala-kendala transportasi ini banyak hal yang harus kita ini untuk bisa memperlancar transportasi dari kabupaten/kota ke Kota Ambon untuk ekspor,”ungkapnya.
Dijelaskan Pattiselano, menyinggung efisien antara transportasi laut atau udara untuk mengangkut kepiting sama-sama memiliki plus minus. Kalau menggunakan kapal itu lebih murah, tetapi resiko kepiting stres dan bahkan mati itu banyak karena perjalanan kapal itu 2 malam dari Dobo sampai Ambon. Kalau menggunakan peswat memang mahal apalagi kargo pesawat komersil itu cukup tinggi, tetapi lebih cepat karena hanya 2 jam sudah tiba di Ambon langsung sudah bisa proses (untuk ekspor).
“Kami sudah bangun komunikasi dan berharap dibantu dengan pesawat-pesawat kecil milik TNI tapi saya juga belum ikuti ini sudah sejauh mana. Disamping itu juga, ada perusahan kargo udara yang sudah berencana masuk Ambon dengan menggunakan pesawat yang memiliki daya angkut 7-8 ton,” imbuhnya.
Pattiselano menambahkan, masih dicari muatan yang bisa diangkut dari Ambon ke Dobo atau Saumlaki sehingga sekembakinya dari dua lokasi tersebut dengan mengangkut kepiting.
“Harusnya ada muatan yang dia bawa dari Ambon kesana supaya balance biaya operasional. Itu yang bisa menekan biaya kargonya. Kalau dia pergi kosong, ya berarti biaya pengiriman dia hitung bolak balik. Sama kaya sekarang biaya kontainer Surabaya Ambon, datangnya ada isi, pulangnya kosong, makanya freightnya tinggi,” katanya.
“Coba kalau semua kontainer ini terisi, berarti harga kontainernya rendah. Makanya kita lagi cari ini kira-kira muatan apa yang dia muat kesana (Dobo-Saumlaki) baru baliknya angkut kepiting komoditi ekspor,”katanya lagi.