Saumlaki, Malukupost.com – Sejumlah pendiri dan alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di cabang Saumlaki, Sanctus Vinsens de Paul akhirnya angkat bicara mengecam aksi tutup mulut yang dilakukan oleh Yonas Batlyol, Ketua Presidium PMKRI Cabang Saumlaki yang menolak kehadiran Bupati Kepulauan Tanimbar sebagai narasumber pada kegiatan Konggres PMKRI ke – XXXI di Ambon (6/2/2020).
Dalam konferensi pers yang digelar di Saumlaki, Sabtu (8/2/2020) para alumni Vinsent Vivas Fangohoi (Pendiri sekaligus Ketua Presidium I PMKRI Cabang Saumlaki), Agustinus Wens Ohoitimur (alumni dan pendiri PMKRI Cabang Saumlaki), Paskalis Kempirmase (Ketua Presidium PMKRI Cabang Saumlaki Periode 2012-2013), Simon Lolonlun (Ketua Presidium PMKRI Cabang Saumlaki Periode 2013-2016), dan dua orang alumni yakni Rudi Lethulur dan Alan B.Y. Futwembun itu membeberkan sejumlah alasan yang mendasari kecaman mereka kepada Yonas.
“Setelah melakukan pendalaman terkait situasi ini maka kami merasa berkepentingan untuk menyampaikan beberapa hal yakni: kami mengutuk aksi bisu ini karena tidak mencerminkan atau merepresentasi PMKRI sebagai organisasi kader yang menjunjung tinggi tiga benang merah yakni intelektualitas, fraternitas dan kristianitas,” kata Agustinus Wens Ohoitimur.
Selain itu, para pendiri dan alumni yang hadir mendesak Pengurus Pusat PMKRI dan panitia penyelenggara untuk mengklarifikasi bahwa aksi yang dilakukan oleh Yonas Batlyol tersebut tidak merepresentasi DPC secara kelembagaan tetapi murni merupakan tindakan pribadi Batlyol.
“Kami secara terbuka dan secara mendalam menyampaikan permohonan maaf kepada bapak Petrus Fatlolon sebagai Bupati Kepulauan Tanimbar dan keluarga serta seluruh masyarakat kabupaten Kepulauan Tanimbar terkait aksi Yonas Batlyol pada saat Konggres PMKRI di Ambon,” kata Vinsen Vivas Fangohoi.
Vinsen mengaku turut prihatin dengan kondisi DPC PMKRI Saumlaki dibawah kepemimpinan Batlyol yang sudah kelebihan energi dengan dinamika organisasi yang cukup tinggi sehingga sudah bermain keluar dari rana kehendak konstitusi organisasi.
“Saya minta kepada adik Yonas yang sudah bermain terlalu jauh dan masuk di semak-semak berduri untuk sadar dan kembali ke rumah sendiri dan membangun komunikasi dengan cara-cara yang sesuai dengan etika dan moral perhimpunan,”tandasnya sembari menambahkan Yonas akan diberikan sanksi sesuai konstitusi organisasi.
Sementara itu, Simon Lolonlun menegaskan Intelektualitas yang dimiliki oleh Yonas harusnya dipergunakan pada ruang dan tempat yang tepat.
“Sikap kritis itu baik, tetapi jangan dilakukan saat momentum ini. Kalau tidak mau untuk memberikan ruang kepada bupati, kenapa tidak dibatasi lebih awal,”pungkasnya.
Tentang aksi Yonas Batlyol
Sebelumnya beredar informasi bahwa Bupati kepulauan Tanimbar, Petrus Fatlolon, SH.,MH diundangan oleh panitia Konggres PMKRI ke XXXI dan MPA ke XXX di Ambon untuk memaparkan materi dalam seminar yang bertema “Blok Masela dan eksistensi masyarakat lokal”.
Sebelum memaparkan materinya, Yonas Batlyol berdiri dalam keadaan mulut yang sudah tertutup lakban hitam dan memegang sebuah karton manila bertuliskan penolakan terhadap Fatlolon sebagai narasumber saat itu.
Hanya berselang satu menit, panitia penyelenggara bertindak cepat mengamankan Yonas dan mendorong keluar ruang kegiatan.
Meskipun aksi ini dilakukan tetapi tidak mengganggu jalannya seminar. Para peserta terlibat aktif dalam seminar dan memberikan apresiasi kepada Fatlolon bersama para narasumber yang hadir.