Ambon, Malukupost.com – Talud di Sungai Wae Ela, Desa Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah roboh. Hal itu disebabkan penggalian material tidak mencapai beberapa meter dari permukaan tanah, disusul peletakan blok beton di atas kerikil sungai menyebabkan belasan balok itu roboh.
Berdasarkan pantauan, robohnya blok beton itu tak lama setelah pengerjaan proyek selesai dikerjakan. Talud tersebut roboh akibat gerusan air di bawah blok saat banjir di Sungai Wae Ela awal Oktober lalu.
Andai saja, blok beton pertama diletakkan di kedalaman tanah, disusul susunan blok kedua dan seterusnya di atas permukaan dasar sungai, bisa dipastikan belasan blok-blok itu tidak akan roboh.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku, Jekson Tehupuring mengakui, akan berkoordinasi dengan CV Tunggal Jaya selaku kontraktor dan para pekerja lapangan untuk memperbaiki kerusakan itu.
Sementara masa pemeliharaan talud diketahui selama 160 hari sejak pengerjaan proyek selesai. Dengan begitu, pihaknya masih memiliki waktu untuk melakukan perbaikan.
“Beta su perintahkan dong untuk cek barang-barang, Jang sampe ada yang gangguan karena itu cuma blok beton yang disusun. Itu CV Tunggal Jaya, kontraktornya deng anak-anak di lapangan. Supaya beta langsung suruh dong cek akang sakali karena masih pemeliharaan deng langsung perbaiki,” katanya dengan dialek Ambon saat dihubungi Malukupost.com via telepon, Senin (16/11/2020).
Pengakuan Jekson tersebut, sama dengan penjelasan sebelumnya kepada salah satu media online lokal beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa akan segera melakukan perbaikan.
Namun berdasarkan pantauan wartawan Malukupost.com, Sabtu (14/11/2020) kemarin, ternyata belum ada perbaikan sesuai yang disampaikan Jekson ke media massa.
Informasi yang dihimpun dari beberapa warga setempat, menyatakan dari awal proyek itu memang diduga memiliki masalah. Salah satunya, tidak ada keterangan nilai anggaran pada papan proyek.
Namun menurut Jekson, papan proyek yang tidak tertulis nilai anggaran tersebut adalah papan proyek kedua. Papan proyek pertama memiliki nominal anggaran.
Sementara itu, salah satu warga Desa Negeri Lima, Yusuf Soumena merasa perihatin atas pengakuan Jekson perihal perbaikan talud yang belum kunjung dilakukan.
Bagi Soumena, jika musim penghujan berikutnya tiba, kemungkinan besar rumah miliknya dan rumah warga lainnya di sekitar bantaran sungai akan terkena luapan air, akibat talud yang disusun belum mampu menahan arus air.
“Tentu merasa prihatin. Jika tidak diperbaiki dari hulu ke hilir, rumah saya dan warga lainnya di sekitar pinggiran sungai ini, bisa saja terkena banjir akibat Talud yang belum mampu menahan arus air saat banjir,” ungkapnya, Sabtu (14/11/2020) lalu.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan perkiraan BMKG, Maluku akan terkena dampak Badai La Nina diakhir tahun 2020. Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku pun telah mengadakan apel siaga bencana, dipimpin Kepala BWS Marva Ranla Ibnu pada 3 November 2020 lalu.
Dalam apel tersebut, Marva menyampaikan bencana dapat terjadi sewaktu-waktu. Jajaran BWS pun dituntut selalu siap dan siaga menghadapi bencana termasuk cuaca ekstrim.
Selain melakukan perkiraan dan apel siaga, BMKG juga merilis jika di penghujung tahun 2020 hingga awal 2021, hampir seluruh wilayah di Indonesia diperkirakan akan menghadapi fenomena La Nina dan musim penghujan.