Sejumlah Pelajar di Buru Nekat Menyeberangi Derasnya Arus Sungai Waelewa, Jembatan Tidak Ada

arus sungai

Galela Berharap Pemerintah Provinsi Maluku Maupun Kabupaten Buru Bisa Menyikapi

Ambon, MalukuPost.com – Kondisi pendidikan di Maluku masih diwarnai dengan ketimpangan dalam segala sektor, salah satunya di bidang pendidikan yang masih memprihatinkan, karena pelajar belum terlayani dengan baik, mulai dari sarana prasara maupun akses jalan ke sekolah.

Padahal pendidikan yang nyaman dan aman serta mendapatkan perhatian dari pemerintah merupakan hal yang sangat diinginkan oleh seluruh pelajar, termasuk anak-anak sekolah di Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru.

Muhammad O. Galela, warga Dusun Waelawa, Kecamatan Batabual, Kabupaten Buru dalam postingan di laman facebooknya menyatakan akibat tidak adanya jembatan, anak-anak di daerah itu harus setiap harinya harus menyeberangi sungai untuk pergi ke Sekolah.

“Seperti kata pepatah, Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China. Begitulah yang sering kita dengar agar kita mempunyai semangat dalam belajar. Seperti semangat yang dimiliki pada siswa ini. Mereka harus bertaruh nyawa hanya untuk mencapai sekolah,” ujarnya dalam postingan tersebut.

Berdasarkan video unggahan yang berdurasi 45 detik nampak perjalanan anak-anak untuk menempuh pendidikan, Selasa (9/8/2022) kemarin. dimana anak-anak sekolah berseragam SMA seberangi aliran sungai Dusun Waelawa yang mengalir deras. Mereka harus ceburkan diri ke dalam aliran sungai dan menerobos lebar sungai berkisar 5 meter lebih. Terlihat juga sejumlah pelajar yang meneteng tas sekolah nyaris tenggelam diseret aliran sungai, meski mereka sudah berusaha saling berpegangan tangan.

Galela yang dikonfirmasi media ini via seluler Rabu (10/8/2022), mengatakan pelajar yang ada di dalam video tersebut merupakan siswa-siswi SMAN 11 Buru, yang berada di Dusun Waelawa, Desa Persiapan Waelawa. Para pelajar memilih pergi maupun pulang sekolah melewati aliran sungai dikarenakan dekat. Sedangkan jika melewati jalur darat, para pelajar harus berjalan kaki sekitar 3 kilometer.

“Iya terpaksa harus seberangi sungai, Sekolah (SMA) berada di Dusun Waelawa, sementara anak-anak sekolah dari Waemorat harus terobos aliran sungai agar bisa mencapai sekolah, seperti halnya pelajar SMP N 25 Waemorat yang berasal dari Dusun Waelawa harus seberangi sungai dari Waelawa ke Waemorat,”ujarnya.

Galela menambahkan, kondisi itu sudah berlangsung selama 20 tahun lantaran belum ada jembatan penghubung yang dibangun pemerintah daerah.

“Kami di kecamatan Batabual ini sudah 20 tahun, sampai sekarang belum ada jembatan,” tandasnya sembari berharap Pemerintah Daerah baik Provinsi Maluku maupun Kabupaten Buru bisa melihat kondisi tersenut, dengan membangun jembatan penghubung agar anak-anak bisa bersekolah tanpa mengorbankan nyawa mereka.

Pos terkait