Pemkot Tual Dorong Jejaring Pasar Digital Untuk Perluasan Layanan Antar Wilayah

Pj Wali Kota Tual scaled
Kegiatan Membangun Jejaring Pasar Digital yang dihadiri Penjabat Wali Kota Tual, R. Affandy Z. Hassanusi. (foto:MalukuPost.com).

Tual, MalukuPost.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI telah menargetkan digitalisasi 1.000 pasar di Indonesia setiap tahunnya.

Upaya digitalisasi 1.000 pasar per tahun juga sudah diinisiasi Kemendag sejak tahun 2022 lalu dan hingga kini terus diupayakan agar bisa mencapai target dan juga mampu mendukung target ekonomi digital di Indonesia.

Selain itu pula, program dimaksud untuk mendorong meningkatnya omzet pedagang pasar.

Selain itu, bergabungnya pasar digital ke platform digital, maka pedagang bisa memasarkan dagangannya hingga go global.

Menjawab hal tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Tual jauh-jauh hari telah menyiapkan langkah srategis agar Pasar Maren Tual naik kelas untuk digitalisasi.

Upaya mendorong pasar kearah digital merupakan reformasi tata kelola pasar dari non digital ke digital atau dengan kata lain jika sebelumnya retribusi masih ditagih secara tunai maka saat ini suda Non Tunai/cashless,
pembayaran tunai menjadi non tunai dengan Quick Response Indonesia Standart (QRIS).

Hal itu disampaikan Penjabat (Pj) Wali Kota setempat R. Afandy Hasannusi disela-sela kegiatan Membangun Jejaring Pasar Digital, yang dipusatkan di Balroom Grand Vilia Hotel Langgur, Selasa (30/7/2024).

Kegiatan dimaksud untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan Pemkot Tual dalam rangka pengembangan ekonomi kedepan dari sisi pemanfaatan digitalisasi perdagangan barang dan jasa di pasar rakyat yang ada di Kota Tual dan juga MalukuTenggara (Malra).

Hasannusi menjelaskan, perkembangan teknologi digital telah merambah menjadi kebutuhan yang sulit kita tawar atau tolak, bahkan tidak menggunakan teknologi maka segala hal menjadi tertinggal.

Jika sebelumnya belum ada e-commerce pasar/marketplace, maka sekarang ini upaya mendorong pemanfaatan marketplace/e-commerce pasar telah dilakukan bersama BRI.

“Melalui kegiatan ini diharapkan adanya perluasan layanan digital antar wilayah, antar pasar, business to bussines pelaku usaha pasar dapat terbangun dengan baik,” kata Pj Wali Kota.

Hasannusi mengungkapkan, saat ini telah menjamur toko-toko modern baik lokal maupun nasional dengan service excellent tempat yang nyaman, bersih, belum lagi perdagangan antar daerah dan online, semakin menjadi pilihan masyarakat.

Tentunya hal ini akan menyebabkan tingkat pembelian akan berkurang dan pedagang pasar akan kehilangan pembeli, eksistensi dan daya saing pedagang pasar akan menurun.

Dengan kondisi tersebut, lanjut Hasannusi, dapat diprediksi jika pedagang pasar Tual yang berjumlah 2300 orang dan pasar lainnya akan mengalami kolaps di kemudian hari jika tidak dari sekarang Pemda mempersiapkan para pedagang dengan sistim digital sembari menata secara fisicly bangunan, tata kelola manajemen, SDM, keamanan dan mengalokasikan khusus pembiayaan operasional pasar Maren Tual.

“Ada 3 hal penting yang perlu disiapkan yakni ketersediaan sistem yang terpadu, penempatan SDM yang berintegritas, dan dilakukan secara berkesinambungan,” beber Pj Wali Kota.

Saat ini, 40% pedagang pasar Maren Tual telah memiliki QRIS, meski pemanfaatan masih rendah, jika dibandingkan di UMKM di luar pasar misalnya café, toko dan sebagainya, 100% pembayaran sewa kios pasar telah dilakukan secara digital dengan e Maren/Mobile point of sales (MPOS) yang disupport oleh BPDM Malut.

Sejak penerapan digital pada retribusi pasar terjadi peningkatan signifikan retribusi hingga 100%, sejak tahun 2020 Rp. 875.324.500 menjadi Rp. 1.900.928.187.

Untuk itu, perluasan digital perlu dilakukan agar pelaku usaha di pasar dapat melakukan marketing digital, e payment, supply dan logistic serta pengiriman barang dengan lebih cepat dan mudah.

Pos terkait