Ambon, Malukupost.com – Rencana pergantian Penjabat Bupati Kabupaten Kepulauan Tanimbar dari Peterson Rangkoratat ke penjabat baru Alwiyah Fadlun Alaydrus diapresiasi aktivis mahasiswa asal Tanimbar di Kota Ambon. Meskipun ada rasa was-was dengan pergantian tersebut, penjabat baru diharapkan membawa suasana baru di Negeri Duan Lolat tersebut.
Siprianus Buarlely dari Himpunan Mahasiswa Pemuda Lelemuku (Himapel) Kabupaten Kepulauan Tanimbar-Kota Ambon mengungkapkan pikirannya setelah membaca berbagai media. Menurut berita-berita media di Ambon, Alaydrus akan dilantik di Mess Maluku, Jakarta, Sabtu (10/8) siang nanti.
Menurut Buarlely, pasca berakhirnya kepemimpinan Petrus Fatlolon di Kepulauan Tanimbar, sudah terjadi tiga kali pergantian penjabat bupati dengan masa kepemimpinan bervariasi dalam kurun dua lebih dua tahun. Bila Alwiyah dilantik, maka ia menjadi figur keempat yang menduduki jabatan tersebut.
“Semoga penjabat keempat adalah penjabat terakhir sampai terpilihnya bupati definitif,” harap Buarlely.
Menurut dia, sejak kepemimpinan Bupati Fatlolon sampai penjabat baru, Kepulauan Tanimbar dilanda berbagai persoalan. Persoalan-persoalan tersebut terjadi di lingkup birokrasi, relasi dengan legislatif, maupun persoalan dalam masyarakat. Sebab itu, Buarlely mengharapkan dengan hadirnya sosok perempuan di Tanimbar, kiranya beragam persoalan dapat diselesaikan.
“Jika terlalu sering gonta-ganti penjabat, maka kesinambungan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik tidak bisa dijamin sepenuhnya stabil. Jadi, semoga sosok perempuan bisa membawa kesejukan di Tanimbar,” ujar Buarlely.
Salah satu persoalan penting yang diharapkan sanggup ditangani secara baik oleh penjabat baru adalah pertumbuhan ekonomi rakyat dan pendapatan asli daerah (PAD). Meskipun Kepulauan Tanimbar sudah berada di ambang operasional Blok Masela, beberapa tahun mendatang, namun basis ekonomi rakyat di sektor pertanian dan perikanan perlu diperkuat.
Buarlely merinci, beberapa komoditas khas Tanimbar seperti kacang hijau, ubi-ubian, dan bawang merah, sudah lama tidak mendapat perhatian yang cukup. Selain itu, rumput laut yang terbukti dapat mendongkrak ekonomi rakyat, juga kurang disentuh pemerintah kabupaten.
“Hasil kebun rakyat di Tanimbar terbukti pernah menjadi sumber pangan bagi pulau-pulau lain di Maluku. Akan tetapi, semua itu dikerjakan sendiri oleh petani tanpa sentuhan program Dinas Pertanian. Jika petani mendapat sentuhan program pemerintah dari tahap produksi sampai pemasaran, niscaya pendapatan petani meningkat, demikian juga PAD,” papar Buarlely.
Dia menyentil pula pengembangan pariwisata di Tanimbar. Potensi pariwisata sangat kaya, tetapi perlu ditopang infrastruktur pendukung serta agenda pariwisata tingkat nasional yang permanen. Dengan begitu, dia yakin arus wisatawan bisa mengalir ke Tanimbar, sekaligus menambah pendapatan daerah. (Malukupost)