Setelah Melalui Feasibility Study, Maluku Tenggara Ditetapkan Sebagai Seaweed Estate

pemkab dan kkp
Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam upaya pengembangan ekonomi daerah melalui sektor perikanan. Senin, (2/9/2024). (foto:diskominfo)

Langgur, MalukuPost.com – Setelah melalui kajian kelayakan (feasibility study) dari tahun 2021 dengan melibatkan para ahli dari dalam negeri hingga Korea Selatan, akhirnya kabupaten Maluku Tengara (Malra) ditetapkan sebagai Seaweed Estate (Kampung Budidaya Rumput Laut)  oleh pemerintah pusat (pempus).

Diketahui, kabupaten Malra sebagai pusat budidaya rumput laut terintegrasi skala besar pada 2022.

Siaran pers dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Malra (7/9) yang diterima media ini pada Senin (9/9/2024) menyebutkan, pada tanggal 2 September 2024 lalu, telah dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Malra dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai upaya pengembangan ekonomi daerah melalui sektor perikanan.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu mewakili Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedangkan perwakilan Pemerintah Kabupaten Malra adalah penjabat Bupati, Jasmono.

Pada kesempatan itu, Dirjen Haeru mengatakan, Presiden Joko Widodo, memilih Malra sebagai salah satu kawasan percontohan atau modeling terutama di kawasan Indonesia Timur karena merupakan salah satu daerah pemilik potensi budidaya rumput laut untuk dikembangkan.

Sesuai data dinas perikanan kabupaten setempat, Malra memiliki luas lahan potensial budidaya rumput laut sebesar 8,6 ribu Hektare, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 2,2 ribu orang yang menggeluti budidaya rumput laut.

Akan tetapi, kawasan potensi budidaya rumput laut yang baru termanfaatkan sekitar 9,7 % saja. KKP hadir melalui program modeling budidaya rumput laut untuk mendorong geliat budidaya rumput laut di Malra.

Menurut Haeru, rumput laut terbaik di dunia itu salah satunya berasal dari Provinsi Maluku, lalu rumput laut terbaik di Maluku berasal dari kabupaten Malra.

“Diperoleh data, musim tanamnya, yakni dari bulan Maret hingga Oktober. Artinya Malra memang cocok untuk dikembangkan budidaya rumput laut,” bebernya.

Masyarakat pesisir disana (Malra), lanjut Haeru, banyak yang menopang hidupnya dari budidaya rumput laut, karena dapat meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat dan untuk menunjang perekonomian kawasan pesisir.

Sama seperti pembangunan modeling budidaya rumput laut di Rote Ndao, Dirjen Haeru menjelaskan bahwa modeling budidaya rumput laut di Malra juga akan dibangun unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) kultur jaringan, kebun starter, kebun bibit rumput laut dan budidaya rumput laut.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Jasmono mengucapkan terima kasih pada Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono atas atensinya kepada Malra yang dipercaya dan dipilih untuk mengembangkan program modeling budidaya rumput laut.

Jasmono menegaskan, penetapan Malra sebagai lokasi modeling budidaya rumput laut memberikan peluang pelaksanaan pembangunan perikanan berbasis ekonomi biru, yaitu pengembangan perikanan budidaya berorientasi ekspor dengan komoditas unggulan rumput laut.

Melalui modeling budidaya rumput laut berbasis kawasan ini, nantinya akan menjadikan masyarakat pesisir menjadi masyarakat yang produktif.

Dijelaskan Jasmono, pihaknya sangat mendukung program modeling budidaya rumput laut yang ramah lingkungan ini dan pihaknya sudah menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengimplementasikan program modeling ini, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembudidaya rumput laut di Malra, terutama kebutuhan bibit.

Pos terkait