Mahakarya Arsitektur Dewala Perahu Lolotuara
Dewala Kapal di Desa Lolotuara, Kecamatan Lakor, Kabupaten Maluku Barat Daya, menunjukkan tingginya peradaban masyarakat setempat di zaman batu besar (megalitikum). Foto-Ronny Samloy |
Wilayah di selatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu juga diakui ‘surga wisata’ bagi siapapun yang pernah menginjakkan kaki maupun ingin menikmati kemolekkan pantai-pantai pasir putih perawan.
Tak sebatas itu. Jangan lupa pula menikmati atraksi budaya sambil menegak sopi koli dan menyantap kuliner lokal yang beragam dan beraneka rasa. Flora dan fauna endemik MBD juga sangat khas dan relatif jarang ditemukan pada kabupaten-kabupaten dan kota-kota lain di Maluku.
Seluruh potensi itu masih alami, hanya butuh sedikit sentuhan modern untuk mempercantik suasana eksotis di bawah balutan sinar mentari dan cahaya rembulan yang tetap menyapa dari balik peraduannya. Datanglah ke sini, kalian seperti berada di kutub lain. Berada di surga wisata yang tak pernah terlupakan sepanjang hidup.
DEWALA PERAHU DI LOLOTUARA
Di samping Dewala juga dibuat lubang pengintaian terhadap musuh. Banyak yang menilai konstruksi bangunan batu menggunakan ’teori gigi anjing’ dimulai dari pembangunan Dewala di Lolotuara.
Sesuai penuturan warga setempat, pembangunan Dewala di Lolotuara berawal dari kisah perantauan kakak-beradik, Lotloi dan Aliyeru, ke Pulau Luang. Entah mengapa penduduk Luang menyuruh kakak-adik ini pulang kampung dan membangun negeri.
Namun, karena ingin mencari ilmu (liramelay) Lotloi berpesan kepada Aliyeru agar ketika membangun kampung sisakan bagian khusus untuknya sehabis dirinya menjalani ’liramelay’. Terobsesi dengan bayangan kapal yang pernah ditumpangi selama merantau, ketika pulang Lotloy membangun Dewala kapal di Lolotuara.
Pembangunan dewala ini diyakini menggunakan kekuatan mistik, sehingga hanya dilakukan dalam beberapa hari saja. (RONY SAMLOY)