Ambon, MalukuPost.com,- Busana adat Kota Ambon bakal menjadi outfit yang akan dikenakan Penjabat Walikota Ambon, Bodewin Wattimena, saat mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di pemilu 2024.
“Saya nanti pergi coblos pakai Maniang. Semua pimpinan OPD, raja, lurah, kades semua pakai Maniang. Tidak susah. Hanya sebentar saja kok. Tunjukkan bahwa kita hadir di TPS sebagai orang-orang beradat, berbudaya. Nanti semua pimpinan OPD akan foto lalu kirim di grup. Tidak susah,” katanya saat memberikan arahan ketika menghadiri Sosialisasi dan Dialog Pemilu 2024 yang Luber, Jurdil dan Berkebudayaan, yang diselenggarakan Majelis Latupati Kota Ambon, di Tribun Lapangan Merdeka, Sabtu, 10 Februari 2024.
Sekwan DPRD Provinsi Maluku itu juga mewajibkan seluruh pimpinan OPD-nya mengenakan pakaian tradisional.
“Kalau seng mau pake baju Maniang, pake Cele. Seng apa-apa. Baju Cele juga pakaian adat kita di Ambon. Jadi nanti kewajiban bagi semua pimpinan OPD, raja, kades dan lurah. Semua masuk di grup, lalu foto kehadirannya di TPS. Katong mau memulai dari sapa, kalo bukan dari katong,” tegasnya berdialek Ambon.
Bodewin menilai, kreasi busana adat yang nantinya dikenakan pejabat Pemkot Ambon bukan untuk sekedar pemeriah suasana saja tetapi juga upaya membangun antusiasme memilih dan menjadi refleksi demokrasi masyarakat, yang menghadirkan harapan sekaligus menjadi pernyataan sikap mereka dalam memilih wakilnya di legislatif.
“Intinya, kita ingin nilai budaya diekspos keluar. Kita berbeda dengan tempat lain. Kalau kita ada dengan nilai-nilai itu, maka tidak usah khawatir pemilu ini akan berlangsung tidak aman,” ujarnya.
Rencana Bodewin mengenakan busana adat, merupakan ide Majelis Latupati Kota Ambon melalui deklarasi pemilu 2024. Dia lalu menilai, ajakan itu untuk menciptakan suasana santai yang membuat warga menjadi nyaman di TPS saat menggunakan hak pilihnya.
“Sangat menarik, ide Majelis Latupati Kota Ambon tentang pemilu yang berkebudayaan. Menampilkan ciri khas sebagai negeri adat, supaya Kota Ambon, Provinsi Maluku maupun secara nasional ada perbedaan yang terlihat bahwa Kota Ambon menyambut pemilu sebagai pesta demokrasi mengikutsertakan nilai-nilai adat istiadat,” pungkasnya.
Agar ajakan Latupati berjalan sesuai rencana, Bodewin pun membutuhkan keterlibatan masyarakat dan tokoh adat. Sebab, upaya mewujudkan pemilu berkebudayaan yang menonjolkan ciri khas tatanan adat istiadat memang memerlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan.
“Berharap dialog ini tidak saja untuk mewujudkan pemilu yang luber, jurdil tetapi juga yang berkebudayaan yang menonjolkan ciri khas budaya negeri-negeri adat di Kota Ambon termasuk juga di desa/kelurahan. Kalau ini bisa dilakukan, akan menjadi tradisi selama pemilu dilakukan,” tutup Boedewin.