Isu Lingkungan Jadi Sorotan Retret Pastores Amboina 2024

WhatsApp Image 2024 07 24 at 09.02.03
Peserta Retret Pastores Amboina melakukan sharing pengalaman di pantai Kelyaar Jaya

Saumlaki, Dharapos.com –  Retret pastores Keuskupan Amboina tahun 2024 di Saumlaki, Kabupaten Kepulauan Tanimbar dilaksanakan selama tiga hari (23-25 Juli 2024) yang dipusatkan di aula hotel Galaxy, jalan Prof.Khi Hadjar Dewantoro.

Rekoleksi ini dipimpin oleh romo Ferry Sutrisno Wijaya, seorang imam diosesan Keuskupan Bandung dan dihadiri oleh Uskup Diosis Amboina, Mgr.Seno Ino Ngutra, para pastor peserta retret dan para awam. Plt.Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Agustinus Songupnuan turut hadir.

Salah satu pembahasan dalam retret kali ini adalah tentang perspektif baru kepemimpinan ekologis sesuai ensiklik Laudato Si yang membutuhkan kerjasama hirarki dan awam. Dalam Ensiklik Laudato Si, Paus Fransiskus menulis, “Kita harus membangun kepemimpinan yang mampu membuka jalan baru, berusaha menjawab kebutuhan generasi saat ini, dengan kepedulian untuk semua orang, tanpa merugikan generasi mendatang.”

Secara konseptual, kepemimpinan tersebut dapat didefinisikan sebagai kepemimpinan yang mengembangkan dan mengutamakan keramahan dan kepedulian lingkungan sesuai tradisi teologis agama dan kepercayaan. Kepemimpinan ini mempertemukan antar umat beriman, apa pun agama dan kepercayaannya, yang mempunyai perhatian dan kepedulian sama untuk merawat bumi yang ditimpa krisis ekologi sesuai tradisi masing-masing.

Dalam kesempatan itu, Romo Ferry meminta pendapat dari para pastor dan awam yang hadir tentang kondisi bumi kita, baik dari sudut pandang para pastor dan para awam. Untuk mendekatkan diri dengan alam sekitar, peserta retret diarahkan untuk datang mengikuti serangkaian kegiatan di pantai Kelyaar Jaya, yang berlokasi di Olilit Barat, desa Olilit, Kecamatan Tanimbar Selatan.

Di lokasi ini, diawali dengan pengenalan peserta dengan alam memalui aksi memungut sampah yang berserahkan di sekitar pantai tersebut. Sampah yang dikumpul  berupa berbagai kemasan baik dalam bentuk botol plastik dan sebagainya. Setelah itu, peserta diajak untuk masing masing berbicara dengan pohon, dimana masing masing peserta harus mengucapkan terimakasih kepada pohon dalam dengan caranya sendiri. Kemudian, peserta diajak untuk menyatuh dengan air laut, untuk mendalami awal mula manusia diciptakan.

Sharing ini dipandang penting dan menjadi refleksi bagi peserta retret agar konsisten merawat bumi yang sering diperlakukan tidak adil.

“Kita dituntut untuk bagaimana melihat sampah yang berserahkan dan tidak dibuang pada tempatnya, dan sesudah melihatnya, langkah apa yang harus di laksananakan setelah kembali ke paroki dan wilayah kerja masing-masing,” ujar romo Ferry.

Setelah sharing bersama, romo Ferry menyatakan, menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita merupakan faktor utama yang perlu diterapkan. Umatpun perlu memahami bahaya sampah plastik bagi bumi kita.

Selain itu, romo Ferry juga meminta pastores untuk terus mengajak umat mencintai alam dan isinya seperti menanam dan merawat pepohonan serta tidak menebang pohon sembarang,karena dari pepohonan inilah kita bisa emperoleh oksigen untuk kelangsungan hidup banyak.

Pelaksanaan sharing di pantai Kelyar Jaya ini dilanjutkan dengan kegiatan buka “bakar batu” oleh Uskup Seno Ngutra dan romo Ferry yang telah disiapkan oleh Panitia Muspaspas Keuskupan Amboina, sebagai menu makan siang bersama.

Pos terkait