Laporan Rudi Fofid-Ambon
Malukupost.com – Sejumlah aktivis pencinta alam bertemu para mahasiswa Papua di honai Wayame, Kota Ambon, Selasa (1/12). Mereka tiba tanpa halangan apapun. Para pencinta alam tiba di honai bersama Lynda Holle dkk dari Tim Komnas HAM Perwakilan Maluku. Mereka disambut para mahasiswa asal Papua dengan membuka pintu depan yang tadinya disegel dari dalam.
Para mahasiswa Papua juga membentang spanduk dan pamflet yang baru mereka kerjakan sejak diisolasi. “Mahasiswa Papua bukan kriminal. TNI/Polri segera tinggalkan areal rumah kami (honai),” demikian kalimat pada spanduk.
Aktivis pencinta alam yang tiba di honai sekitar jam 13.00 WIT yakni Abdul Maskur Marasabessy (KPA Elang Rimba), Bambu (KPA Jalasta), Deny Arey (MEPA Unpatti), dan Guntur (KPA Gembala Banda). Mereka membawa bantuan makanan, hasil aksi tanggap cepat oleh para pencinta alam, maupun di luar pencinta alam. Makanan siap saji berupa nasi padang, roti, dan air mineral diserahkan ke honai, yang dihuni sekitar 20 mahasiswa, satu di antaranya perempuan.
Di lokasi honai, tidak ada lagi aparat berseragam. Sebab itu, para pencinta alam dan tim Komnas HAM Maluku bisa bersama-sama dengan para mahasiswa Papua dengan tenang. Meskipun begitu, sejumlah petugas tanpa seragam terlihat menyebar di sejumlah lokasi.
“Kami ke honai karena solider dengan situasi mereka. Mereka harus makan dan minum,” kata Abdul Maskur Marasabessy kepada Media Online Maluku Post usai bertemu para mahasiswa Papua.
RENCANA AKSI 1 DESEMBER
Siang kemarin hingga tadi malam, aparat TNI dan Polri mendatangi asrama mahasiswa Unpatti maupun honai mahasiswa Papua di Wayame. Video yang beredar berupa hasil siaran langsung memperlihatkan situasi kisruh karena terjadi perdebatan di honai.
Aparat ingin masuk honai sambil melontarkan sejumlah pertanyaan. Para mahasiswa keberatan dan menolak aparat yang datang bersama ketua RT setempat. Foto dan video tersebut cepat menyebar melalui medsos.
Para mahasiswa Papua berencana melakukan aksi damai di Gong Perdamaian Dunia di jantung kota Ambon, 1 Desember. Mereka sudah menyebarkan flyer dan undangan kepada media massa. Dalam flyer, mereka menyatakan aksi dilaksanakan terkait penolakan Otsus Jilid 2 dan desakan agar melaksanakan referendum di Papua.
Meskipun aksi sudah disiapkan, tetapi akibat terus dijaga aparat, para mahasiswa tetap tinggal di dalam honai. (Malukupost.com)