Walau Hidup Masih Berat, Perempuan Maluku Tetap Tangguh

baihajar
Direktur Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN) Ambon Baihajar Tualeka saat berdialog dengan 17 pemimpin muda Maluku dan Maluku Utara di Hotel Amaris, Ambon, Rabu (11/12). (Foto Rudi Fofid)

Laporan Rudi Fofid-Ambon

Ambon, Malukupost.com – Meskipun masih banyak menghadapi situasi susah dan berat, perempuan Maluku tetap kuat dan tangguh. Mereka tidak menyerah begitu saja. Bahkan, ketika kaum lelaki tidak berdaya, justru perempuanlah yang tampil di muka.

Demikian simpulan paparan Direktur Yayasan Lingkar Pemberdayaan Perempuan dan Anak (LAPPAN) Ambon Baihajar Tualeka di depan peserta pelatihan kepemimpinan “Bung Hatta Youth Leadership Program 2024 Maluku dan Maluku Utara” di Hotel Amaris Ambon, Rabu (11/12).

Pelatihan ini digelar Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA)-Jakarta, bekerja sama dengan Maluku Youth Creative Hub (MYCH)-Ambon. Kegiatan berlangsung tiga hari, 9-11 Desember.

Di hadapan 17 pemimpin muda asal Maluku dan Maluku Utara, Tualeka membahas topik “Kepemimpinan, Perdamaian, dan Keadilan Gender”.

Tualeka menyampaikan situasi ketimpangan gender di Maluku. Ia menyebutkan, perempuan usia 15-64 tahun di Maluku mengalami kekerasan oleh pasangan dan selain pasangan selama hidup mereka.
“Sekitar 1 dari 10 perempuan mengalaminya dalam 12 bulan terakhir,” paparnya.

Menurut data LAPPAN, di Maluku pada periode Januari-November 2024 dengan usia rentan 10-17 tahun, terdapat 51 kasus kekerasan seksual dan 70 kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Tualeka pun menyatakan, tingkat kemiskinan di Maluku masih sangat tinggi, bahkan di atas kemiskinan nasional.

Menurut dia, kemiskinan di Maluku yang masih tinggi menjadi masalah perempuan. Hal-hal lain yang juga dialami perempuan Maluku adalah belum terkoneksi lintas komunitas, KDRT dan kekerasan seksual meningkat, partisipasi masih rendah.

“Hanya sedikit perempuan memiliki akses peningkatan kapasitas, terlibat dalam kegiatan sosial seperti PKK, Majelis Taklim, wadah pelayanan Gereja, dan lain-lain,” paparnya.

Meskipun berat, menurut Tualeka, perempuan Maluku mampu tampil sebagai pelopor perdamaian. Ia menyentil peran Gerakan Perempuan Peduli (GPP) sejak tahun 1999.

“Dalam kasus terakhir di Kei, perempuan Kei juga tampil ketika kaum laki-laki sibuk berkonflik,” ungkapnya.

REPOSISI

Untuk memperbaiki situasi perempuan di Maluku, Tualeka menawarkan beberapa langkah demi reposisi. Langkah tersebut antara lain mengatasi ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan gender, peningkatan kapasitas perempuan berkontribusi pada peningkatan pendapatannya, memenuhi kebutuhan pangan, gizi keluarga, biaya pendidikan anak dan modal usahanya.

Selain itu, menurut dia, dengan meningkatkan kemampuan ekonomi perempuan, akan mengurangi beban mengurus rumah tangga.

Tualeka menyampaikan beberapa rekomendasi utuk meningkatkan kapasitas perempuan. Dia menyatakan penting menyediakan akses terutama layanan dasar seperti air bersih, pendidikan, perumahan yang layak, serta infrastruktur.

Menurut dia, syarat mutlak bagi kepemimpinan perempuan adalah perspektif keadilan gender yang akan membantu pemimpin perempuan melihat dirinya sebagai pembuat sejarah, bukan hanya sebagai objek pasif dari sebuah proses.

Disebutkan, perempuan harus memiliki dan memupuk rasa percaya diri sebagai modal karena memiliki ide dan gagasan yang bisa dikomunikasikan bahkan bisa diperjuangkan. (Malukupost.com)

Pos terkait