Disperindag Ambon Koordinasi Larangan Penjualan Pakaian Bekas

rudywatilette
Ambon, 11/2 (malukupost) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Ambon melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Maluku terkait edaran larangan impor pakaian bekas dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).

“Kami masih melakukan koordinasi dengan Disperindag Provinsi Maluku, karena sampai saat ini aktifitas penjualan pakaian bekas di Kota Ambon masih berlangsung, sementara itu juga kami belum menerima edaran dari pusat,” kata Kadis perindag Rudy Watilette, Rabu.

Menurut dia, selama ini penjualan pakaian bekas di kawasan Mardika Ambon dan lokasi lainnya tidak dilarang, tetapi kelak tidak diperbolehkan karena ada larangan dari Kementerian Perdagangan terkait ancaman bakteri berbahaya bagi kesehatan manusia.

“Larangan penjualan pakaian bekas yang diimpor dari luar negeri sifatnya tidak mendesak. Kami masih melakukan koordinasi, jika sifatnya wajib maka pedagang akan ditindak,” katanya.

Dikatakannya, pasokan pakaian bekas di Kota Ambon mencapai 600 sampai 800 koli. Satu koli pakaian bekas bervariasi antara 200- 300 buah baju atau celana.

“Rata-rata pakaian bekas yang dijual ratusan pedagang di Kota Ambon berasal dari Singapura dan dipasok setiap minggu,” ujar Rudy.

Pedagang pakaian bekas, Hamdi mengatakan penjualan di Kota Ambon cukup tinggi karena tidak hanya dibeli masyarakat kalangan bawah, tetapi kalangan menengah ke atas seperti PNS bahkan pejabat.

“Pembeli pakaian bekas bukan hanya kalangan bawah, tetapi ada beberapa pejabat yang sering mampir dan menjadi pelanggan pakaian bekas,” katanya.

Hamdi mengakui, larangan penjualan pakai bekas tidak rasional, karena selama penjualan dilakukan bebas.

Jika larangan disebabkan oleh virus,lanjutnya harus dibuktikan dengan jelas. Selama ini penjualan dilakukan bebas dan tidak terjadi temuan.

“Selama ini kami juga membayar pajak kepada Pemerintah Kota Ambon dan pihak pelabuhan, tidak ada yang gratis. Jika kami dilarang berjualan maka langkah selanjutnya pemerintah harus memberikan lapangan kerka baru,” tandasnya.

Ditambahkannya, animo warga membeli pakaian bekas cukut tinggi, tidak hanya memburu pakaian juga memburu perlengkapan tidur seperti sprei bekas dan selimut.

“Harga pakaian bekas relatif murah jika dibandingkan dengan di toko harganya sangat jauh berbeda, sehingga masyarakat cenderung datang kesini untuk membeli,” tandasnya. (ant/MP)

Pos terkait